Pages

Sabtu, 20 Juni 2015

Sektor Pertanian Menghadapi Pasar Bebas Asean 2015 Oleh: Sahat M. Pasaribu dkk

Tantangan yang dihadapi dengan adanya pasar tunggal ASEAN 2015 adalah meningkatkan pemahaman publik di kalangan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat baik di tingkat pusat maupun daerah tentang manfaat dan peluang yang dapat diperoleh dengan pelaksanaan pasar tunggal ASEAN 2015. Pasar tunggal ASEAN 2015 sebenarnya dapat memberikan peluang bagi Indonesia dengan terbukanya pasar baru bagi barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan arus modal di kawasan ASEAN. Di lain pihak, bangsa Indonesia harus bekerja keras untuk meningkatkan daya saing dan memperkuat ketahanan nasional agar dapat bersaing dengan negara ASEAN lain (Bappenas 2013), salah satunya kesiapan di sektor pertanian.
asean
Identifikasi Produk Pertanian Andalan
Pada dasarnya, Indonesia sudah memiliki berbagai produk nasional dan lokal yang khas daerah yang sudah memiliki pasar tersendiri, seperti produk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan dengan produk industri yang dihasilkannya. Pengembangan produk‐produk andalan ini merupakan salah satu kekuatan lokal dengan kearifan yang melekat padanya yang perlu dikembangkan dan menjadi ikon nasional atau daerah dan didorong untuk lebih mengembangkan pasar masing‐masing. Selain menentukan komoditas/produk andalan, jenis produk untuk kebutuhan ekspor juga menjadi salah satu agenda yang layak dipertimbangkan untuk dipersiapkan. Kepentingan mengamankan produk andalan menguasai pasar di dalam negeri untuk berbagai produk, kemampuan daya saing produk yang bersangkutan juga diharapkan dapat menyaingi produk sejenis di pasar tunggal ASEAN.
Kekuatan dan Kelemahan Produk Pertanian                    
Dalam kaitan ini, Indonesia sebagai salah satu negara besar (dalam jumlah penduduk dan kekayaan sumberdaya alam) harus mampu bersaing jika tidak bersedia sebagai sasaran perdagangan yang menguntungkan negara lain. Di satu sisi, penguasaan komoditas tertentu yang dibutuhkan pasar dapat diandalkan sebagai bagian dari negosiasi transaksi.    Komoditas yang dikerjasamakan dengan negara sesama anggota ASEAN diharapkan dapat membangun sinergi ekonomi, seperti kerjasama komoditas karet dengan Malaysia dan Thailand, atau kelapa sawit dengan Malaysia, dan seterusnya.
 Langkah Kebijakan
Pemerintah masih terkesan ‘tidak siap’ menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015.  Hal ini tercermin dari pertanyaan yang menyebutkan keraguan tentang kesiapan Indonesia dalam pasar tunggal tersebut, meskipun pemerintah sudah ‘melihat’ empat pilar utama untuk disiapkan oleh semua stakeholders.  Keempat pilar tersebut adalah basis produksi (production base), daya saing, proteksi (equitable gap), dan konektivitas.  Basis produksi diarahkan untuk kegiatan ekonomi antarkawasan yang menuntut Indonesia berkontribusi dalam mengembangkan pasar dan sektor industri di negara‐negara dalam kawasan. Sementara itu, daya saing harus dilihat dari sudut pandang bisnis dan sumberdaya manusia yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu pola ekonomi terintegrasi.  Proteksi penghambat bisnis antar tiap negara akan dihilangkan dengan kebijakan tarif dan non tarif untuk mengembangkan potensi bisnis.  Pilar terakhir, konektivitas antar kawasan menjadi kunci keberhasilan kegiatan ekonomi dalam kawasan melalui peningkatan infrastruktur pada masing‐masing negara di Asia Tenggara.
 Sumberdaya Manusia dan Kapital
Sumberdaya manusia menjadi salah satu pusat perhatian dalam AEC 2015.    Peningkatan kesadaran dan perbaikan kinerja usaha, serta pengembangan kapasitas sumberdaya manusia secara konsisten dan berkesinambungan menjadi kunci utama peningkatan daya saing produk‐produk pertanian nasional. Dalam kaitan ini, seluruh stakeholders harus menyadari kapasitas masing‐masing dan segera melakukan perbaikan untuk meningkatkan daya saing global. Kementerian Pertanian, khususnya Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, perlu segera mengambil peran utama dalam melaksanakan program dan kegiatan yang terukur pada kerangka kerja pembinaan agroindustri secara nasional dengan mengendalikan partisipasi seluruh daerah yang terlibat dalam pengembangan produk pertanian secara nasional.
 Kesiapan Infrastruktur dan Promosi          
Upaya‐upaya untuk memperbaiki infrastruktur pertanian dengan fasilitas pengolahan dan pemasaran yang memadai, produk pertanian andalan diperkirakan mampu menunjukkan keunggulannya terhadap produk sejenis dari negara lain.  Infrastruktur itu harus dipersiapkan dan langkah‐langkah penyiapannya harus dikomunikasikan dengan semua pemangku kepentingan terkait. Promosi yang dilaksanakan secara berjenjang di daerah hingga di tingkat nasional secara konsisten merupakan kekuatan mendorong pertumbuhan produk‐produk pertanian.    Pameran dan berbagai media lain yang dilakukan secara berkesinambungan dan dimotori oleh para pelaku usaha dan pemerintah setempat harus mendapat tempat dalam program pengembangan industri.
Peluang Terbuka
Indonesia memiliki potensi menjadi negara yang memberikan warna tersendiri di kawasan Asia Tenggara karena kekayaan sumber daya alam, serta jumlah penduduknya yang besar yang dapat menyediakan tenaga kerja kompetitif. Indonesia akan lebih siap menghadapi AEC 2015 apabila Pemerintah bersama pelaku bisnis dan masayarakat luas secepatnya mampu membenahi masalah yang dihadapi, seperti kurang baiknya infrastruktur ekonomi, instabilitas makro‐ekonomi, ketidakpastian hukum dan kebijakan, ekonomi biaya tinggi, dan lain‐lain, sehingga dapat mengundang investor dan meningkatkan percepatan investasi.  (Disarikan dari Makalah Operasional Penelitian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Tahun 2014)

0 komentar:

Posting Komentar