Pages

Sabtu, 20 Juni 2015

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung

Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga untuk pakan ternak. Dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh industri pakan ternak telah mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 bisa mencapai lebih dari 60% dari total kebutuhan nasional.
wacana 53
Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk berswasembada jagung dan bahkan berpeluang pula menjadi pemasok di pasar dunia, mengingat makin meningkatnya permintaan dan makin menipisnya volume jagung di pasar internasonal.
Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks pertanaman. Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk usahatani jagung.
Selain melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas, upaya pengembangan jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Dalam kaitan ini diperlukan berbagai dukungan, termasuk dukungan kebijakan pemerintah.
Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan bioteknologi), di antaranya memiliki sifat toleran kemasaman tanah dan kekeringan, teknologi produksi benih sumber dan sistem perbenihannya, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan teknologi pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk.
Investasi yang diperlukan untuk pengembangan jagung bergantung pada pencapaian target yang diinginkan. Berkaitan dengan hal ini, ada dua skenario pengembangan jagung nasional dalam periode 2005-2025. Skenario pertama atau skenario moderat, laju pertumbuhan produksi 4,24%/tahun. Skenario kedua atau skenario optimis, volume ekspor meningkat menjadi 15%. Kebutuhan investasi untuk pengembangan jagung melalui skenario pertama dan kedua dalam kurun waktu 2005-2025 masing-masing adalah Rp 29,0 trilyun, dan Rp 33,7 trilyun. Biaya investasi mencakup perluasan areal tanam pada lahan sawah, pembukaan lahan baru (lahan kering) dan infrastruktur, perbenihan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan. Proporsi investasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat 4%, sedangkan yang bersumber dari pemerintah dan swasta masing-masing dengan proporsi 74% dan 22%.
Kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan jagung adalah kebijakan pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan permodalan, peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapang, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan peraturan dan perundangan. (litbang.pertanian.go.id)

0 komentar:

Posting Komentar