Pages

Jumat, 31 Juli 2015

Mengintip Industri Gula di Thailand

Perkembangan idustri gula di Thailand patut dicemati, setidaknya dalam aspek pertumbuhannya yang sangat cepat. Ketika Indonesia telah menjadi negara penghasil gula terbesar kedua dunia, negeri ini masih belum ada apa-apanya, karena produksinya masih dibawah satu juta ton. Sampai awal tahun 1980-an produksi gula di Thailand masih di bawah 2 juta ton pertahun. Tetapi sejak tahun 1982 pertumbuhannya cukup mengagumkan karena mampu tumbuh 25% pertahun yaitu dari 1,7 juta ton pada tahun 1981 menjadi 6,3 juta ton pada tahun 1996, walaupun sesudah itu terjadi fluktuasi produksi lagi.
 jelajah 54

Salah satu kunci keberhasilan industri gula di Thailand adalah karena produktivitasnya yang tinggi, dimana rendemen tebunya bisa mencapai di atas 10%. Dengan produktivitas lahan tebu yang tinggi industri gula di Thailand memiliki daya saing yang kuat di pasar gula dunia. Dari hasil analisis biaya terbukti bahwa biaya produksi gula di Thailand adalah yang terendah di seluruh dunia. Tahun 2011 di Thailand terdapat 47 pabrik gula, menggiling tebu diatas 100 juta ton dan memproduksi gula sekitar 10 juta ton/tahun. Tahun 2013 produksi tebunya telah meningkat lagi menjadi + 105 juta ton dengan ekspor mencapai 9,3 juta ton. Tahun 2014 lalu produksi gula Thailand mencapai 11 juta ton dengan angka konsumsi lokal sebesar 2,5 juta ton pertahun. Wajar bila negara ini tercatat sebagai salah satu negara eksportir gula terbesar di dunia.
Walaupun demikian bukannya tidak terjadi gangguan produksi di Thailand. Tahun 2011 Thailand telah mengalami kerusakan tanaman tebu seluas 20.000 ha akibat banjir. Hal ini mengakibatkan produksi tebu tahun giling 2012 turun menjadi 97 juta ton dan produksi gula turun menjadi 9,3 juta ton. Namun tahun 2013 telah terjadi peningkatan produksi tebu lagi menjadi 105 juta ton dengan produksi gula sebesar 10,2 juta ton. Kualitas tanaman tebu di Thailand juga cukup baik. Produksi tebunya mencapai 77 ton/ha, sedang gula yang dihasilkan mencapai 104 kg/ton tebu. Ini berarti rendemen sudah diatas 10%. Inilah barangkali daya tarik tanaman tebu di Thailand bagi para petani tebunya.
Untuk kepentingan dalam negerinya Thailand membuat stock sebesar sekitar 3 juta ton setiap tahun. Thailand mengekspor raw sugar ke berbagai negara seperti : Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, Indonesia dan China. Pengendalian produksi, konsumsi maupun ekspor gula di Thailand dilakukan oleh Royal Thai Government ( RTG ). Thailand juga memiliki lembaga penelitian yaitu Sugar Research Centre yang memiliki lima departemen yaitu :Cane Research, Sugar Research, Bio-energy Research, Development, dan Administration.
Tentang harga gula, pemerintah Thailand membuat kebijakan harga tebu yang cukup menguntungkan petani. Sebagai contoh pada tahun 2012 petani menerima imbalan harga tebu sebesar $ 37,8 /ton ( Rp 415.000 ). Harga ini lebih tinggi dari harga pasar yang hanya $ 31,4 /ton ( Rp 345.000 ). Untuk memotivasi petani pemerintah juga memberikan penjaman lunak ke para petani tebu. Tahun 2010 pemerintah memberikan pinjaman lunak selama tiga tahun sebesar $ 66 juta kepada para petani untuk pembelian mesin penebang tebu, guna meningkatkan kelancaran dan efisiency penebangan tebunya. Disamping untuk bahan baku gula, tebu di Thailand juga diolah menjadi etanol. Tetapi jumlah tebu yang digunakan sebagai bahan baku pabrik etanol ini jumlahnya tidak banyak, sekatar 0,4 juta ton tiap tahun. (perihalgula.blogspot.com)

0 komentar:

Posting Komentar