Perkembangan idustri gula di Thailand patut dicemati, setidaknya dalam
aspek pertumbuhannya yang sangat cepat. Ketika Indonesia telah menjadi
negara penghasil gula terbesar kedua dunia, negeri ini masih belum ada
apa-apanya, karena produksinya masih dibawah satu juta ton. Sampai awal
tahun 1980-an produksi gula di Thailand masih di bawah 2 juta ton
pertahun. Tetapi sejak tahun 1982 pertumbuhannya cukup mengagumkan
karena mampu tumbuh 25% pertahun yaitu dari 1,7 juta ton pada tahun 1981
menjadi 6,3 juta ton pada tahun 1996, walaupun sesudah itu terjadi
fluktuasi produksi lagi.
Walaupun demikian bukannya tidak terjadi
gangguan produksi di Thailand. Tahun 2011 Thailand telah mengalami
kerusakan tanaman tebu seluas 20.000 ha akibat banjir. Hal ini
mengakibatkan produksi tebu tahun giling 2012 turun menjadi 97 juta ton
dan produksi gula turun menjadi 9,3 juta ton. Namun tahun 2013 telah
terjadi peningkatan produksi tebu lagi menjadi 105 juta ton dengan
produksi gula sebesar 10,2 juta ton. Kualitas tanaman tebu di Thailand
juga cukup baik. Produksi tebunya mencapai 77 ton/ha, sedang gula yang
dihasilkan mencapai 104 kg/ton tebu. Ini berarti rendemen sudah diatas
10%. Inilah barangkali daya tarik tanaman tebu di Thailand bagi para
petani tebunya.
Untuk kepentingan dalam negerinya Thailand membuat stock sebesar sekitar 3 juta ton setiap tahun. Thailand mengekspor raw sugar ke berbagai negara seperti : Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, Indonesia dan China. Pengendalian produksi, konsumsi maupun ekspor gula di Thailand dilakukan oleh Royal Thai Government ( RTG ). Thailand juga memiliki lembaga penelitian yaitu Sugar Research Centre yang memiliki lima departemen yaitu :Cane Research, Sugar Research, Bio-energy Research, Development, dan Administration.
Tentang harga gula, pemerintah Thailand membuat kebijakan harga tebu yang cukup menguntungkan petani. Sebagai contoh pada tahun 2012 petani menerima imbalan harga tebu sebesar $ 37,8 /ton ( Rp 415.000 ). Harga ini lebih tinggi dari harga pasar yang hanya $ 31,4 /ton ( Rp 345.000 ). Untuk memotivasi petani pemerintah juga memberikan penjaman lunak ke para petani tebu. Tahun 2010 pemerintah memberikan pinjaman lunak selama tiga tahun sebesar $ 66 juta kepada para petani untuk pembelian mesin penebang tebu, guna meningkatkan kelancaran dan efisiency penebangan tebunya. Disamping untuk bahan baku gula, tebu di Thailand juga diolah menjadi etanol. Tetapi jumlah tebu yang digunakan sebagai bahan baku pabrik etanol ini jumlahnya tidak banyak, sekatar 0,4 juta ton tiap tahun. (perihalgula.blogspot.com)
Untuk kepentingan dalam negerinya Thailand membuat stock sebesar sekitar 3 juta ton setiap tahun. Thailand mengekspor raw sugar ke berbagai negara seperti : Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, Indonesia dan China. Pengendalian produksi, konsumsi maupun ekspor gula di Thailand dilakukan oleh Royal Thai Government ( RTG ). Thailand juga memiliki lembaga penelitian yaitu Sugar Research Centre yang memiliki lima departemen yaitu :Cane Research, Sugar Research, Bio-energy Research, Development, dan Administration.
Tentang harga gula, pemerintah Thailand membuat kebijakan harga tebu yang cukup menguntungkan petani. Sebagai contoh pada tahun 2012 petani menerima imbalan harga tebu sebesar $ 37,8 /ton ( Rp 415.000 ). Harga ini lebih tinggi dari harga pasar yang hanya $ 31,4 /ton ( Rp 345.000 ). Untuk memotivasi petani pemerintah juga memberikan penjaman lunak ke para petani tebu. Tahun 2010 pemerintah memberikan pinjaman lunak selama tiga tahun sebesar $ 66 juta kepada para petani untuk pembelian mesin penebang tebu, guna meningkatkan kelancaran dan efisiency penebangan tebunya. Disamping untuk bahan baku gula, tebu di Thailand juga diolah menjadi etanol. Tetapi jumlah tebu yang digunakan sebagai bahan baku pabrik etanol ini jumlahnya tidak banyak, sekatar 0,4 juta ton tiap tahun. (perihalgula.blogspot.com)
0 komentar:
Posting Komentar