Para petani di Jepang sudah mulai memanfaatkan teknologi canggih untuk mengembangkan hasil panen mereka. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah sensor diletakkan untuk menjaga tanaman mereka. Fungsi sensor tersebut bermacam-macam. Ada yang dibuat untuk mendeteksi tingkat kelembaban, prediksi hujan, dan lainnya. Semua itu disatukan dalam satu sistem yang bisa dipantau melalui smartphone dan tablet PC.
Data yang dihasilkan oleh sensor tersebut kemudian diolah oleh Fujitsu melalui perangkat khusus. Kemudian data tersebut disimpan dalam data komputasi (Cloud Computing) agar para pengguna bisa mengakses dari mana pun dengan menggunakan komputer rumah, tablet PC, atau bahkan smartphone. Sistem tersebut dibuat oleh Fujitsu, dan sudah mulai digunakan oleh Fukuhara, Shinpuku Seika, Aeon Agri Create dan Sowakajeun. Semua itu adalah lembaga pengelola kegiatan pertanian yang beroperasi di Jepang. “Kami mengerti bagaimana pentingnya peran ICT dalam pertanian. Teknologi ini bisa dipakai untuk menjaga kualitas hasil panen,” kata Masami Yamamoto, President Fujitsu Limited di sela-sela Fujitsu Forum, di Tokyo International Forum beberapa waktu lalu.
Selain bisa menjaga kualitas hasil panen, teknologi tersebut juga diklaim bisa dipakai untuk mencegah gagal panen yang biasanya diakibatkan oleh kondisi cuaca yang tak terduga. Untuk bisa ‘mencicipi’ teknologi tersebut para petani tak perlu membangun infrastruktur khusus, karena semua peralatan dan proses instalasi dikerjakan oleh Fujitsu. Biaya untuk menggunakannya juga tidak terlalu mahal. Setiap bulan penggguna dikenakan biaya mulai dari Yen 40 ribu (sekitar Rp 3,8 juta), dan biaya instalasi awal sebesar Yen 50 ribu (Rp 4,7 juta).
Sementara NEC, perusahaan teknologi asal Jepang sudah lebih dulu menghadirkan layanan komputasi awan untuk sektor pertanian. Teknologi ini dapat digunakan, misalnya untuk memantau pemasaran bahan pangan, seperti sayur-mayur dan buah-buahan di pasar. Dengan sistem pemasaran seperti ini, kendala dalam alur distribusi bisa teratasi. Selain itu, penggunaan teknologi cloud computing juga bisa diterapkan pemerintah daerah untuk mengetahui total kebutuhan pangan di wilayahnya dibandingkan dengan sebaran penduduk dan mengatur distribusinya. Pemerintah juga bisa menggunakannya sebagai pasar online.
Salah satu sektor agrikultur yang bisa mengadopsi layanan komputasi awan adalah perusahaan perkebunan, seperti sawit atau karet. Perusahaan itu bisa menggunakan teknologi ini untuk memantau perkembangan tanaman dan mengetahui ketersediaan bahan baku. Solusi agrikultur ini bisa digabungkan dengan solusi manufacturing dalam proses pengolahannya.(detik.com/ Tempo.com)
0 komentar:
Posting Komentar