“Kecanduan” atau “adiksi” adalah ketergantungan pada sesuatu; melakukan
sesuatu secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang, sehingga bila
dihentikan tiba-tiba akan membuat Anda merasa kehilangan sehingga
berusaha untuk kembali menikmati kegiatan tersebut. Kecanduan adalah
kebutuhan irasional yang tidak sadar kita ciptakan untuk melengkapi
kehidupan. Siapa pun bisa memiliki kecanduan, dan ibu bekerja ternyata
memiliki kecanduan-kecanduan yang khas.
Beberapa penyebab ibu bekerja memiliki kecanduan disinyalir karena:
1. Pencarian jati diri; ibu bekerja merasa hidupnya lengkap dan sempurna ketika melakukan kegiatan yang mencandu.
2.
Pelarian rutinitas; ibu bekerja melakukan rutinitas yang sama setiap
hari, maka memiliki 1-2 kegiatan di luar rutinitas akan terasa menghibur
dan menyenangkan.
3. Menghadiahi diri sendiri. Ibu bekerja
sering merasa dirinya sudah bekerja keras, kehilangan waktu bersama anak
dan kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman karena musti bekerja,
karena itu ibu merasa dirinya berhak atas reward.
4.
Budaya kerja atau tuntutan pekerjaan; ada aktivitas yang menjadi bagian
dari kebiasaan atau tren di kantor atau di kalangan profesi, sehingga
ibu merasa perlu melakukan hal yang sama agar diterima dalam
komuitasnya.
Kecanduan Ngopi
Baik bila:
Kebutuhan minum kopi bagi ibu bekerja tidak sekedar menghilangkan
kantuk, namun juga membangkitkan mood dan produktivitas karena kopi
mengandung kafein yang meningkatkan performa kerja otak. Bermunculannya
coffee shop trendi dilengkapi hi speed Wifi, dengan varien rasa kopi
beragam, menambah nilai kopi sebagai minuman bagian dari gaya hidup up
to date. Apalagi meeting dan networking dalam konteks kerja sering
dilakukan di kafe.
Tidak baik bila: Minum kopi 2-4 cangkir
sehari terus-menerus menimbulkan kecanduan sehingga tidak ngopi membuat
Anda sakit kepala, tak bisa mikir bahkan menjadi zombie. Tetapi
terlalu banak ngopi membuat Anda lupa minum air putih. Selain itu jika
Anda masih menyusui, terlalu banyak minum kopi dapat memberi efek buruk
pada bayi, sebab kafein yang masuk ke dalam tubuh akan mengalir lewat
ASI dan berakumulasi pada sistem pencernaan bayi. Hal tersebut dapat
membuatnya terjaga, rewel karena susah tidur dan mengalami iritasi
lambung.
SPLASH: Kurangi kebiasaan minum kopi hingga 1 cangkir sehari saja, dan penuhi kebutuhan minum air putih 8 gelas lsehari.
Kecanduan Online Shopping
Baik bila: Wanita dan belanja
adalah dua kata tak terpisahkan. Namun ibu bekerja tidak memiliki
banyak waktu untuk berbelanja. Pada akhir pekan ia tidak bisa selalu
membawa anak ke mal sebab dianggap kurang stimulatif bagi tumbuh
kembangnya. Itu sebabnya, maraknya online shop membuka peluang bagi ibu
bekerja untuk menyalurkan “naluri dasar” ini. Cukup bermodal gadget
atau PC kantor yang memiliki akses internet kencang, ibu bisa browsing
untuk menggantikan window shopping. Dengan klik, klik, maka fashion
items, barang-barang anak, furniture, gadget, tiket pesawat dan voucher
hotel, bahkan sembako pun terbeli. Beres, praktis, fun!
Tidak baik bila:
Pada ibu bekerja, uang memang bukan masalah, sebab setiap bulan Anda
mendapat gaji untuk membayar hobi belanja. Namun, jika berbelanja online
dilakukan berlebihan hingga mencandu, apalagi menjadikan Anda
shopaholic, tentu berbahaya. Hasil penelitian di San Francisco State
University, AS, menyebutkan, perilaku shopaholic terkait dengan adanya
gangguan psikologis obsesif-kompulsif. Kecanduan ini akan membuat Anda
menjadi penumpuk barang, kesulitan mengontrol penggunaan kartu kredit,
gagal menabung dan berinvestasi, juga kehilangan makna dan kegembiraan
dari kegiatan berbelanja itu sendiri.
Kurangi frekuensi berselancar dan bertransaksi di online shop bila tidak perlu.
Kecanduan Lembur
Baik bila: Banyak
ibu bekerja sengaja pulang agak malam untuk menunggu kemacetan jalan
di kota besar saat peak hours. Atau, ada juga tipe pekerja “burung
hantu” yang ide dan mood kerjanya muncul ketika hari mulai gelap.
Sepanjang kebiasaan itu disepakati bersama pasangan dan pada malam hari
Anda tetap bisa mengontrol anak dari kantor, maka kesukaan bekerja
lembur bisa diterima, apalagi jika kantor Anda memberi keleluasaan jam
masuk bekerja –tidak musti datang pukul 8 pagi.
Tidak baik bila:
Jika pulang malam terus namun tetap harus masuk kerja pukul 8 pagi,
berarti jam bekerja Anda sangat panjang. Hal ini buruk untuk kesehatan
serta kehidupan sosial. Sebuah studi yang dipublikasikan di The
American Journal of Epidemiology menemukan, karyawan yang bekerja lebih
dari 55 jam seminggu akan mengalami masalah daya ingat, daya nalar dan
kosa kata. Terlalu banyak duduk di meja kerja pun meningkatkan risiko
obesitas, diabetes dan serangan jantung. Dari sudut pandang perusahaan,
karyawan yang selalu overtime justeru dinilai bekerja kurang efektif dan
efisien. Apalagi ketika perusahaan musti membayar pemakaian gedung,
listrik dan internet pada malam hari.
Bekerjalah sesuai porsinya dan pulang tepat waktu. Night owl, bekerjalah di rumah setelah mendongeng dan meninabobokan anak.
Kecanduan Olahraga
Baik bila:
Olahraga sangat penting bagi ibu bekerja untuk menjaga kesehatan,
kebugaran dan agar tetap langsing. Sport community saat ini membuat
acara olahraga semakin seru dan “gaul”: Bike to Work, Jakarta Runner,
bowler community, grup yoga atau TRX di kantor, freeDive, dan
sebagainya. Sangat baik jika Anda menyukai olahraga, karena olahraga
juga membentuk karakter positif melalui nilai-nilai sportivitas,
integritas, team work, perjuangan, kerja keras, solidaritas, fairness,
kompetisi dan banyak lagi.
Tidak baik bila: Memiliki
bentuk tubuh ideal, merasa super fit dan dibilang awet muda karena
berolahraga, memang menambah kepercayaan diri. Demi menjaganya, ada
kecenderungan Anda menaikkan intensitas olahraga. Biasanya orang yang
kecanduan olahraga akan merasa dirinya gemuk dan loyo jika melewatkan
latihan. Maka ditebus dengan latihan ekstra hari berikutnya.
Departemen Kesehatan AS menyarankan wanita dewasa
berolahraga 2,5 jam per minggu atau 30 menit per hari maksimal 5 hari
per minggu. Namun pencandu sering menghabiskan 2,5 jam di arena tanpa
istirahat. Waspada, kecanduan olahraga menyebabkan cidera tulang dan
sendi, rambut menipis, pembekuan darah, anoreksia hingga memperbesar dan
mengubah posisi jantung sehingga mengganggu aliran darah bahkan
menyebabkan kematian.
Kecanduan Perawatan Kecantikan
Baik bila: Dengan perawatan kecantikan, bunda
bekerja dapat menonjolkan kecantikan wajah dan mengoreksi bagian yang
kurang agar tampil lebih sempurna. Survei tim peneliti The Renfrew
Center, Philadelphia, AS, menemukan, kecantikan dan penampilan dewasa
ini juga dijadikan tolak ukur kecerdasan, harga diri, dan strata sosial
seorang wanita, sehingga mereka berlomba untuk tampil cantik di depan
umum. Selain meningkatkan rasa percaya diri, tampil cantik juga dapat
menunjang karier dan pekerjaan.
Tidak baik bila: Terus-menerus
menutupi wajah dengan make-up, mengikuti tren kecantikan terkini dan
terobsesi perawatan anti-aging, di satu sisi dapat menumbuhkan
ketergantungan Anda pada produk kecantikan, sehingga merasa ‘telanjang’
tanpa riasan dan dikhawatirkan membuat Anda melupakan esensi kecantikan
dari dalam seperti kepribadian, etiket dan tata karma, charisma dan
kecantikan spiritual. Musti dihindari juga over budget belanja kosmetik, serta bereksperimen dengan metode-metode invasive yang justru berisiko bagi kesehatan kulit.
Kecanduan media sosial
Baik bila: Sebagai
generasi milenial, media digital dan social media adalah keseharian
Anda. Dengannya Anda berinteraksi, bekerja, mencari nafkah,
bersenang-senang dan eksis. Sering mendapat love karena foto anak Anda
di Instagram, ratusan retweet karena tweet Anda bijak, repath quotes
dari teman di Path atau komentar memuji dari teman-teman di FB karena
aktivitas seru akhir pekan Anda, perasaan melambung akan eksistensi di
media sosial, dapat membuat Anda terus memberi update terbaru. Terlebih
jika Anda pendiam di dunia nyata. Kemampuan Anda berekspresi di media
sosial dan dipandang oleh teman, kolega dan sahabat, membuat Anda merasa
‘hidup’.
Tidak baik bila: Jika hal ini mencandu, maka
tidak satu jam pun Anda lewatkan tanpa meng-update foto, quotes hingga
info menarik. Anda gelisah jika tidak direspon atau jika berada di
tempat yang susah sinyal. Waspada, ini dapat mengonsumsi waktu kerja,
menyebabkan Anda cenderung berkepribadian apatis, sulit berkonsentrasi
atau peduli terhadap lingkungan sekitar, bahkan menimbulkan masalah
dengan hubungan sosial dan keluarga.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Ibu+Bekerja/kecanduan.ibu.bekerja/001/010/29/1/1
Jumat, 24 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar